Inovasi Pelor Canting

Inovasi Pelor Canting

Saat ini negara berkembang dihadapkan pada masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang yang berakibat tidak optimalnya pertumbuhan dan kecerdasan serta masalah gizi lebih yang berakibat timbulnya penyakit degeneratif. Salah satu, permasalahan gizi yang sedang menjadi perhatian pemerintah saat ini, yaitu Stunting. Stunting merupakan suatu kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada masa-masa emas (golden age), yaitu pada 1000 Hari Pertama Kehidupan dimana tinggi badan anak tidak sesuai dengan usianya. Kurangnya asupan gizi pada masa penting tersebut dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan otak yang juga berdampak pada rendahnya kecerdasan, kemampuan belajar, kreativitas dan produktivitas anak.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 diketahui bahwa prevalensi kejadian stunting secara nasional pada balita adalah 30,8 %; dimana terdiri dari 11,5 % sangat pendek dan 19,3 % pendek. Secara angka kasus stunting mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 (37,2%) dan tahun 2007 (39,8%). Prevalensi angka stunting pada anak baduta tahun 2016 sebesar 26,1% meningkat menjadi 29,9% pada tahun 2018. Berdasarkan Riskesdas Jawa Timur tahun 2018 yaitu 32,81% terdiri dari 12,92 % sangat pendek dan 19,89 % pendek, sedangkan target RPJMN 2019 sebesar 28% Baduta. Dimana hal ini masih menjadi masalah gizi masyarakat yang menjadi perhatian oleh pemerintah.

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, Desa Durbuk dan Desa Jarin termasuk dalam lokus stunting. Dimana desa tersebut termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Sopaah. Hal tersebut berdasarkan peningkatan angka kejadian stunting, yang prevalensi anak pendek dan sangat pendek (TB/U) diatas target prevalensi nasional (28%). Hasil laporan tahunan penilaian kinerja puskesmas (PKP) tahun 2018 angka stunting  Desa Durbuk (31,6%) dan Desa Jarin (35,5%).

Salah satu strategi pencegahan dan penanganan stunting yang efisien dan efektif adalah pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dengan upaya pemulihan dan pemeliharaan gizi individu dan masyarakat. Salah satu bentuk upaya pencegahan dan penanganan stunting yaitu dengan memanfaatkan daun kelor. Dalam daun kelor mengandung banyak sekali nilai gizinya, yaitu terdiri dari kalori, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, kalsium, dan zink yang berguna dalam pencegahan stunting. Disamping itu, tanaman kelor ini mudah didapat dan ekonomis sebagai bahan konsumsi sehari-hari dalam suatu keluarga. Berdasarkan upaya tersebut maka UPT Puskesmas Sopaah membuat inovasi pelayanan PELOR CANTING (Pemanfaatan Kelor Cegah Anak Stunting).  Secara garis besarnya Kegiatan inovasi ini berupa penanaman dan pemanfataan daun kelor sebagai bahan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) penyuluhan ataupun PMT Pemulihan bagi Baduta atau Balita.

4 thoughts on “Inovasi Pelor Canting

  1. PUSKESMAS KEBONARUM KLATEN JAWA TENGAH

    Selamat dan sukses buat Puskesmas Sopaah semoga kedepan lebih sukses dan salam kenal dari kami Puskesmas Kebonarum Klaten Jawa Tengah.

    1. terima kasih PUSKESMAS KEBONARUM KLATEN JAWA TENGAH atas kunjungannya, salam kenal juga dari kami,. semoga teman2 PUSKESMAS KEBONARUM selalu sehat dan selalu bisa memberikan pelayana terbaik bagi masyarakat.

  2. Semoga terus ada inovasi baru disini dan nunggu informasinya.

    Salam,

    1. Amien,..
      Terimakasih atas kunjungan Bapak Imam.
      Kami senang dapat melayani 🙂

Tinggalkan Balasan ke PUSKESMAS KEBONARUM KLATEN JAWA TENGAH Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *